Syaikh al-Albani rahimahullah pernah bercerita:
“Setelah aku membeli sebidang tanah di luar kota, karena harga tanah di sana murah, aku langsung membangun sebuah rumah lengkap dengan sebuah toko. Setelah semuanya beres, aku baru sadar bahwa jarak antara rumahku dengan perpustakaan azh-Zhahiriyyah yang sering aku kunjungi lumayan jauh. Dahulu aku bekerja satu atau dua jam di tokoku sebelum perpustakaan itu dibuka.
Kemudian aku membeli sebuah sepeda, sementara itu baru pertama kali penduduk kota Damaskus menyaksikan fenomena langka seperti ini, yakni seorang Syaikh bersorban naik sepeda. Wajar saja mereka langsung heran dengan peristiwa ini. Pada waktu itu juga ada sebuah majalah al-Mudh-hik al-Mubki “yang lucu yang menyedihkan” yang diterbitkan oleh seorang nasrani. Ternyata dia memasukkan pengalamanku ini di dalam majalahnya. Tetapi aku tidak peduli dengan hal remah seperti ini, sebab yang paling penting bagiku adalah “waktu”. ”
[Shafahat Baidha` min Hayat al-Imam al-Albani, Abu Asma` Athiyyah bin Shidqi Salim Audah, hal. 29-30, Cetakan al-Maktabah al-Islamiyyah]