Kepada Siapa Engkau Bermaksiat?

IMG_1813

Kita mengetahui bahwa perbuatan dosa dan maksiat sangat berbahaya bagi seorang hamba. Bahaya dosa bagi hati bagaikan pengaruh racun bagi tubuh. Tingkat pengaruhnya tergantung dari macam dan jenis racun maksiat yang dilakukan.

Maksiat memiliki dampak buruk lagi tercela, berbahaya bagi hati dan badan, baik di dunia maupun di akhirat. Dampaknya begitu banyak sekali. Adalah Ibnul Qayyim rahimahullah mencatat di dalam kitabnya ad-Daa` wa ad-Dawaa` akibat buruk maksiat sebanyak 50 poin. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan agar dijauhkan dari berbagai macam kemaksiatan.

Umat Sebelum Kita Binasa Karena Dosa

Tidaklah suatu maksiat itu merajalela pada suatu kaum melainkan sudah dekat bagi mereka siksa dari Allah ta’ala. Akibat dosa, orang kaya jadi miskin, yang pintar jadi bodoh, yang kuat jadi lemah, yang mulai jadi hina, negeri yang berkuasa jadi porak poranda, dst.

Kira-kira, oleh sebab apakah kaum besar yang berkuasa dahulu Allah ta’ala hinakan dengan dimakan oleh bumi, hancur lebur ditelan olehnya?

Apakah sebab negeri Kaum ‘Aad diporak-porandakan dengan angin kencang hingga mereka tewas begitu saja?

Apa juga yang menyebabkan Kaum Tsamud mendapatkan siksa dengan suara keras yang memecahkan telinga dan membuat mereka binasa?

Karena apa Fir’aun beserta bala tentaranya tenggelam di lautan luas?

Kemudian apa yang menyebabkan kaum Nabi Luth dibalikkan ke bumi dan ditenggelamkan di dalamnya?

Ketahuilah, kaum muslimin, sebab kehancuran mereka semua adalah lantaran maksiat mereka kepada Allah ‘azza wa jalla, ketidaktaatan mereka kepada para Nabi Allah. Padahal para Nabi telah mengajak kepada kedamaian di dunia dan di akhirat, namun mereka malah mengharapkan keramaian dari pada kedamaian, kesengsaraan daripada kesejahteraan, kehinaan dari pada kemuliaan.

Jangan Meremehkan Maksiat

Di zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak peduli apakah yang mereka lakukan kemaksiatan atau ketaatan. Bahkan banyak dari mereka yang sudah tahu maksiat namun mereka menganggap hal itu adalah sepele dan kecil, lebih kecil dari pada rambut di kepalanya.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُوْنَ أَعْمَالاً هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ، إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهاَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ مِنَ الْمُوْبِقَاتِ

Sesungguhnya kalian mengerjakan perbuatan-perbuatan, yang pada pandangan kalian ia lebih lembut dari rambut, sementara kami dahulu para masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapkan termasuk dosa besar yang dapat membinasakan. (HR. al-Bukhari no. 6127)

Ucapan ini beliau lontarkan kepada generasi setelah beliau yakni tabi’in. Lantas bagaimana dengan zaman kita yang semakin jauh dari mereka? Kiranya, sekecil apa kita menganggap dosa tersebut? Padahal mereka dahulu menganggap hal itu termsuk dosa yang dapat membinasakan?!!

Antara Orang Taat dan Tukang Maksiat

Dalam kitab Shahih al-Bukhari, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ، فَقَالَ بِهَ هَكَذَا، فَطَارَ

Sesungguhnya orang mukmin melihat dosanya seolah-olah ia berada di bawah gunung, ia khawatir gunung itu akan roboh menimpanya. Sedangkan tukang maksiat melihat dosanya seperti seekor lalat yang menempel di hidungnya, ia menyingkirkannya begitu saja dan lalat itu pun terbang (ia menyepelekannya).

Kepada Siapa Engkau Bermaksiat?

Imam Ahmad rahimahullah berkata: al-Walid telah bercerita kepada kami, ia berkata: Aku mendengar al-Auza’i berkata: Aku pernah mendengar Bilal bin Sa’id berkata:

لاَ تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْمَعْصِيَةِ وَلَكِنِ انْظُرْ مَنْ عَصَيْتَ

Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat itu, namun cermatilah kepada siapa engkau bermaksiat?!

Camkanlah ucapan Fudhail bin al-‘Iyadh rahimahullah berikut: “Ketika dosa kau anggap remeh maka di sisi Allah adalah besar, dan ketika ia kau anggap besar maka di sisi Allah adalah remeh.”

Pengaruh Maksiat Bagi Orang Lain

Sebagian generasi salaf berkata:

إِنِّيْ  َلأَعْصِي اللَّهَ فَأَعْرِفُ ذَلِكَ فِي خُلُقِ امْرَأَتِيْ وَدَابَّتِيْ

Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku dan hewan tungganganku.

Istri yang tidak taat, anak-anak yang tidak berbakti, hewan tunggangan yang sulit diatur, atau kendaraan yang sering bermasalah, bisa jadi dikarenakan perbuatan dosa yang kita lakukan. Maka itu, hendaknya kita mengintrospeksi diri sebelum tergesa-gesa menyalahkan orang lain. Tegurlah diri anda sebelum menegur mereka.

Dampak Maksiat Mengintai Hari Tua

Dosa yang dilakukan seorang hamba, meskipun tidak langsung Allah subhanahu wa ta’ala timpakan adzabnya, bisa jadi akibatnya akan ia tanggung di hari tua.

Maka itu, ada ahli ibadah yang pernah melihat anak amrod (ganteng, manis dan belum berjenggot, bagi sebagian orang godaannya lebih besar daripada godaan wanita), ia nikmati rupanya, hingga hal itu terbawa dalam mimpi. Di dalam mimpinya ada yang berkata: “Sungguh engkau akan merasakan akibatnya setelah 40 tahun nanti.”

Dosa Takkan Terlupakan

Imam Ahmad rahimahullah menyebutkan sebuat riwayat dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

اُعْبُدُوْا الله كَأَنَّكُمْ تَرَوْنَهُ، وَعُدُّوْا أَنْفُسَكُمْ فِي الْمَوْتَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ قَلِيْلاً يُغْنِيْكُمْ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ يُطْغِيْكُمْ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ الْبِرَّ لاَ يَبْلَى وَأَنَّ الإِثْمَ لاَ يُنْسَى

Beribadahlah kepada Allah seolah-olah kalian melihat-Nya, anggaplah jiwa kalian seolah-olah telah meninggal dunia, ketahuilah sesungguhnya yang sedikit namun mencukupi lebih baik daripada banyak tapi dapat melupakan, ketahuilah sesungguhnya kebajikan itu tidak akan lusuh dan perbuatan dosa tidak akan dilupa.

Hal ini sangat bisa kita rasakan bersama, sebelum kenal namanya “ngaji” atau “majelis taklim” sebagian atau bahkan kebanyakan dari kita pernah melakukan hal-hal yang diharamkan agama. Bahkan yang sudah ngaji pun terkadang terbawa oleh arus deras kehidupan orang awam, mengikuti aliran kehidupan mereka yang tidak lepas dari kemaksiatan. Efek negatifnya, tekadang kita mengingatnya, larut dalam dosa, menangisi perbuatan-perbuatan lalu yang penuh dengan noda hitam kemaksiatan. Kita hanya bisa berharap, semoga tangis penyesalan tersebut menjadi bukti kesungguhan taubat nasuha kita kepada Allah ta’ala. Amin.

One thought on “Kepada Siapa Engkau Bermaksiat?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *