Perbuatan dosa dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi diri. Akibat buruknya begitu banyak sekali. Kesemuanya sangat menghinakan pelakunya. Saudaraku, jangan sampai dosa itu menghinakanmu. Berikut sepuluh akibat dari buruk berbuat dosa dan maksiat.
1). Menghalangi datangnya ilmu
Ilmu adalah cahaya yang Allah sematkan dihati seorang hamba. Sedangkan maksiat dapat meredupkan cahaya itu atau bahkan mematikannya. Tatkala Imam asy-Syafi’i duduk di hadapan gurunya, Imam Malik untuk membaca sebuah kitab, ia takjub dengan kecerdasan dan kesempurnaan pemahamannya. Imam Malik berkata: “Sungguh, aku melihat Allah telah menghidupkan cahaya di hatimu. Maka janganlah engkau memadamkannya dengan gelapnya maksiat.”
Suatu saat Imam asy-Syafi’i mengalami kesulitan tatkala menghafalkan kitab gurunya. Sehingga beliau mengadu kepada gurunya, Waki’ dan bersenandung:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي
وَقَالَ اعْلَـمْ بِأَنَّ الْعِلْـمَ نُوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لاَ يُؤْتَاهُ عَــاصِ
Aku mengeluhkan kepada Waki’ buruknya hafalanku
Lalu ia membimbingku untuk meninggalkan maksiat
Ia berkata: “ketahuilah, sesungguhnya ilmu adalah cahaya”
dan cahaya Allah tidak diberikan kepada tukang maksiat.”
Dari sini dapat kita ketahui, bila ada seseorang yang sulit memahami ilmu agama, maka ketahuilah hal itu diantaranya disebabkan dosanya kepada Allah Sang Pencipta.
Namun, selama hayat masih dikandung badan, hendaklah kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencari ilmu agama, dan menjauhi maksiat dengan sejauh-jauhnya. Semoga Allah memberikan kemudahan.
2). Menghalangi turunnya rezeki
Ketakwaan dapat mendatangkan rizki. Sedangkan meninggalkan ketakwaan dengan bermaksiat kepada Allah ‘azza wa jalla adalah sebab datangnya kefakiran. Maka itu, tidaklah Allah ta’ala mengangkat rizki melainkan di antara sebabnya karena adanya kemaksiatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. ath-Thalaq: 2-3)
Allah juga berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. al-A’raf: 96)
Lantaran mereka bermaksiat kepada Allah dengan mendustakan ayat-ayat-Nya, maka Allah angkat keberkahan dari langit dan bumi, hujan tidak turun sehingga pertanian mengering, padahal itu merupakan ladang rizki bagi mereka, dan kemudian Allah ganti dengan siksa yang pedih.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ
Sesungguhnya seseorang itu bisa terhalang dari mendapatkan rizki lantaran dosa yang ia perbuat. (Lihat: ash-Shahihah karya Syaikh al-Albani no. 154)
Maka itu, ketika seseorang mencari rizki dan belum juga Allah bukakan baginya pintu rizki, janganlah dia dengan gegabah mencela takdir atau bahkan mencela Allah, namun hendaklah ia mencela dirinya sendiri yang masih bergelimang maksiat, tidak peduli dengan Allah dan syari’at-Nya.
3). Menyebabkan kesulitan pada segala urusan
Tidaklah hamba yang sering bermaksiat kepada Allah ta’ala menghadapi suatu urusan melainkan pintu menuju ke sana akan tertutup, ia merasa sulit untuk menyelesaikannya. Sebaliknya, kita dapati orang yang bertakwa kepada Allah akan dimudahkan urusannya. Maka itu, siapa yang meninggalkan takwa dan bermaksiat kepada-Nya, niscaya urusannya akan dipersulit. Dan sebabnya, adalah dirinya sendiri.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. ath-Thalaq: 4)
Namun ironisnya, seorang hamba yang telah mengetahui bahwa pintu-pintu kebaikan telah tertutup baginya dan jalan-jalan menuju ke sana pun sulit untukya, tapi anehnya ia tidak juga mengetahui penyebab semua itu. Ketahuilah, sebabnya adalah maksiat kepada Allah, lantaran jauhnya dirinya dari Allah ta’ala.
4). Menyebabkan kegelapan di dalam hati
Orang yang bermaksiat akan mendapati dirinya berada dalam kegelapan. Kegelapan maksiat yang ada pada dirinya tersebut bak kegelapan yang bisa ia tatap dengan matanya.
Ketaatan merupakan cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Semakin kegelapan tersebut bertambah maka ia akan semakin merasakan kebingungan. Sehingga bisa jadi ia terjerumus ke dalam bid’ah, kesesatan, dan perkara lain yang dapat membinasakan tanpa ia sadari. Bak seorang buta yang keluar menuju gelapnya malam yang berjalan sendirian, yang tidak dapat mengetahui apa-apa dan tidak dapat membedakan mana jalan dan mana lubang. Kegelapan tersebut terus akan semakin kuat hingga dapat terlihat di mata. Dan terus akan semakin menguat hingga dapat terlihat pada wajah. Rupanya akan hitam hingga dapat dilihat oleh setiap orang.
Tidaklah seseorang berbuat dosa melainkan hatinya akan ternodai dengan bintik hitam. Semakin banyak ia bermaksiat maka noda itu akan semakin banyak hingga dapat menyebabkan hati hitam legam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin apabila ia berbuat dosa akan tergores sebuah titik hitam di hatinya, apabila ia bertaubat, meninggalkan dosa dan memohon ampun kepada Allah, niscaya hatinya akan bersih kembali. Tapi bila ia berbuat dosa lagi maka akan tertitik bintik hitam lagi. Itulah noda yang Allah sebutkan di dalam firman-Nya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” [QS. al-Muthaffifin: 14] (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll dengan sanad hasan)
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bila seorang hamba berbuat dosa akan tertitik pada hatinya bintik hitam hingga hatinya berwarna seperti kambing hitam yang berbintik-bintik merah.”
5). Melemahkan hati dan badan
Adapun lemahnya hati maka itu adalah hal yang tampak. Dan maksiat tersebut akan terus melemahkannya hingga dapat melenyapkan hidupnya secara total. Sedangkan lemahnya pada badan, maka kekuatan mukmin itu ada pada hatinya. Bila hatinya kuat maka badannya akan kuat. Namun orang fasik, meskipun badannya kuat maka kekuatan tersebut bisa mengkhianatinya ketika ia membutuhkan kekuatan tersebut.
Perhatikanlah kekuatan orang-orang Persia dan Romawi bagaimana bisa menghianati mereka, padahal mereka sangat membutuhkannya. Namun orang yang beriman dapat mengalahkannya dengan kekuatan badan dan hati yang penuh dengan keimanan. Dan di antara bukti terbesarnya adalah peristiwa perang Badar yang merupakan kemenangan bagi kaum muslimin.
Terkadang seseorang ingin mengerjakan suatu ibadah, namun ternyata ia mendapati dirinya begitu malas untuk melakukannya. Sebaliknya, ketika ia berniat untuk menghabiskan waktunya dengan hal yang tidak atau kurang bermanfaat, maka ia akan dengan mudah melakukannya. Ketahuilah, itu semua di antara sebabnya adalah karena dosa dan maksiat yang diperbuat.
Barsambung, insya Allah.
saya jadi terbantu dengan tulisan ini,,,semoga penulisnya barakah..
sesekali kuujungi juga ya blog saya/…:)
Aamiin. Semoga Gun juga diberikan keberkahan oleh Allah. Sip. 🙂