Berprasangka Baik Hingga Akhir Kehidupan

Saudaraku seiman, mari kita selalu berprasangka baik (husnuzhon) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala keadaan. Sebab husnuzhon kepada Allah hukumnya wajib. Hendaknya akhlak mulia tersebut senantiasa ada pada kita hingga detik akhir kehidupan.

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan, bahwasanya ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan sabdanya tiga hari sebelum meninggal dunia:

لاَ يَمُوْتُنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Janganlah seorang dari kalian meninggal dunia melainkan dalam keadaan berhusnuzhon kepada Allah ‘azza wa jalla. (HR. Muslim No. 2887)

PENJELASAN SINGKAT

  • Janganlah seorang dari kalian meninggal dunia melainkan dalam keadaan … ”: Hendaknya ia berusaha meninggal dunia dalam keadaan berikut ini.
  • Berhusnuzhon kepada Allah”: Yakni selalu mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya. Caranya dengan memperbaiki kualitas amalan dan meluruskan akidah, sehingga ketika meninggal dunia maka besar harapan meninggal dunia dalam keadaan baik (husnul khotimah).

PETIKAN FAEDAH

Dari hadis singkat di atas dapat diambil beberapa faedah penting, di antaranya:

  1. Antusias Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengajarkan kebaikan kepada umatnya hingga di akhir-akhir hayat beliau.
  2. Wajib hukumnya berhusnuzhon kepada Allah ta’ala.
  3. Peringatan untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Berputus asa dari-Nya hukumnya haram.
  4. Anjuran untuk senantiasa berharap kebaikan dari Allah, khususnya ketika sakit atau merasa begitu dekatnya ajal.
  5. Berhusnuzhon harus disertai dengan usaha.

Contoh: Seseorang mengerjakan shalat, hendaknya memperbagus shalatnya (ikhlas dan sesuai tuntunan) dan berhusnuzhon bahwa Allah menerima shalatnya. Adapan berhusnuzhon tanpa ada usaha, atau ia terus bermaksiat namun berhusnuzhon bahwa Allah akan mengampunianya tanpa ada istihgfar dan taubat, hal ini merupakan angan-angan orang yang lemah.

Semoga kita dimudahkan untuk senantiasa berhusnuzhon kepada Allah ta’ala dalam segala keadaan.

 

Referensi:

  • Syarh Riyadhush-Shalihin karya Syaikh al-Utsaimin,
  • Bahjatun-Nazhirin, Abu Usama al-Hilali, dll.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *