Adab Berobat (seri 1)

IMG_2164

Sehat atau sakit, menang atau kalah, jaya atau terpuruk, sukses atau gagal, dan seterusnya merupakan dua realita yang dihadapi oleh setiap manusia. Tidak bisa ia berlari menjauh dari keduanya. Terkadang ia kalah, terpuruk, gagal, dan sakit. Namun, semua itu bukan berarti kiamat atau malapetaka baginya. Itu semua merupakan proses menuju derajat yang lebih tinggi yang telah diatur oleh Allah dengan begitu rapinya. Maka itu, sabar adalah solusinya.

PENCERAHAN

• Dua Sisi Baik Kehidupan Mukmin

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا  ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ  ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Alangkah menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh, semua urusannya baik. Dan hal itu tidak didapat kecuali oleh mukmin; bila ia memperoleh kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, dan bila ia tertimpa suatu musibah lalu bersabar maka itu baik pula baginya. (HR. Muslim)

• Cobaan Baik dan Buruk

Allah ta’ala berfirman:

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. al-A’raf: 68)

Firman-Nya:

وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. (QS. al-Anbiya`: 35)

• Penyakit Menghapus Dosa dan Kesalahan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيْبُهُ إِلاَّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ

Tidaklah suatu musibah atau penyakit menimpa seorang mukmin, meskipun sekadar duri yang menusuknya, melainkan Allah akan tuliskan baginya satu kebaikan atau dihapuskan darinya satu kesalahan. (HR. Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ، إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan dengan sebab itu Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan dedaunannya. (al-Bukhari & Muslim)

• Jalan Menuju Surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai macam syahwat. (HR. al-Bukhari & Muslim)

• Beratnya Cobaan Para Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ، فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صُلْباً اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang yang semisalnya lalu orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Bila agamanya kuat maka ujiannya semakin berat. Namun bila agamanya lemah maka ia akan diuji sesuai dengan kadar agamanya tersebut. Dan ujian itu akan terus menimpa hamba hingga membiarkannya berjalan di atas muka bumi tanpa memiliki kesalahan sedikitpun. (Hadis hasan shahih riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, dll.)

Itulah para nabi terdahulu yang telah banyak mendapatkan cobaan. Demikian pula apa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشَدَّ عَلَيْهِ الْوَجَعُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih berat penyakitnya dari para Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. al-Bukhari & Muslim)

Sabar, Ridha dan  Bersyukur Adalah Sikap Terbaik

Allah ta’ala berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqoroh: 155-157)

Allah ta’ala juga berfirman:

وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُوْرِ

Dan bersabarlah atas apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17)

Dan inilah balasan bagi orang-orang yang sabar. Firman-Nya:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. az-Zumar: 10)

Atho` berkata: “Ibnu Abbas berkata kepadaku: Maukah kamu aku beritahu seorang wanita penghuni surga?” “Tentu saja”, jawabku.

Ibnu Abbas berkata: “Wanita berkulit hitam itu, ia pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan dan auratku terkadang tersingkap tanpa aku sadari, maka itu berdoalah kepada Allah untukku.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika engkau mau, engkau bisa bersabar maka bagimu surga. Dan jika engkau mau, aku bisa berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu.”

Ia berkata: “Aku bisa bersabar”. Lalu ia berkata: “Sesungguhnya auratku terkadang tersingkap tanpa aku sadari, maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap lagi.” Maka beliau berdoa bagi wanita itu. (HR. al-Bukhari & Muslim)

• Anjuran Untuk Berobat

Usamah bin Syuraik bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, bolehkah kita berobat? Beliau menjawab:

نَعَمْ، يَا عِبَادَ اللهِ! تَدَاوُوْا، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً، غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ: الْهَرَمِ

Ya boleh, wahai hamba-hamba Allah! Berobatlah, sebab tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia pasti juga menurunkan obatnya, selain satu penyakit, yaitu tua. (al-Misykat, no. 4532)

• Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya. (HR. al-Bukhari)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Bila suatu obat itu tepat untuk penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah azza wa jalla. (HR. Muslim)

ADAB-ADAB BEROBAT

[1]. NIAT YANG BAIK

Niat yang baik hendaklah ada pada diri orang yang berobat (pasien) atau orang yang mengobati (dokter). Hendaklah keduanya sama-sama berniat baik dan tulus dalam berobat dan mengobati.

Adapun orang yang sedang sakit, hendaklah ia niatkan untuk mengharapkan kesembuhan dari Allah ta’ala semata dengan tujuan menjaga kesehatan dan kekuatan dirinya agar dapat meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah ta’ala. Sedangkan bagi dokter, hendaklah ia meluruskan niat dalam membantu saudaranya dengan sekuat ilmu yang telah Allah berikan kepadanya. Janganlah ia jadikan materi sebagai segala-galanya dalam membantu sesama.

Bila keduanya memiliki niat seperti ini, insyaAllah keduanya akan mendapatkan banyak pahala dari Allah azza wa jalla.

[2]. YAKIN BAHWA KESEMBUHAN HANYA ADA DI TANGAN ALLAH

Allah ta’ala telah menurunkan penyakit dan hanya Dia yang mampu mengangkatnya. Keyakinan seperti ini bisa kita dapati pada diri Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah menjelaskan hal itu dalam firman-Nya:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ

(Ibrahim berkata:) dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. (QS. asy-Syu’ara`: 80)

Tidak ada yang dapat menurunkan penyakit dan mengangkatnya kecuali hanya Allah semata. Allah ta’ala berfirman:

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيْبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus: 107)

Demikian pula bila seseorang terkena guna-guna atau sihir. Maka itu semua terjadi dengan izin Allah azza wa jalla. Jika Allah tidak mengizinkan maka sihir itu tidak akan berpengaruh sama sekali. Firman-Nya:

وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ

Dan mereka itu (tukang sihir) tidak dapat memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. (QS. al-Baqoroh: 102)

Bahkan, bila seluruh umat manusia berkumpul untuk berbuat baik atau buruk kepada seseorang, maka hal itu tidak akan terjadi kecuali dengan izin dan kehendak dari Allah ta’ala.

Hendaklah keyakinan ini dipegang erat-erat oleh orang yang sedang sakit maupun dokternya. Adapun segala macam pengobatan yang dibolehkan Syariat sekedar sebab. Bila Allah berkehendak maka obat itu akan bermanfaat. Bila tidak tentu saja obat itu tidak akan ada manfaatnya sama sekali.

Barang siapa yang meyakini bahwa pengobatan itu dapat menyembuhkan dengan sendirinya, maka ia telah berbuat kesyirikan kepada Allah azza wa jalla. Nas`alullaha as-salamah wal ‘afiyah.

[3]. BERTANYA TENTANG PENYAKIT KEPADA AHLINYA

Hal ini sesuai firman Allah ta’ala:

فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ

Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu bila kamu tidak mengetahui. (QS. al-Anbiya`: 7 dan an-Nahl: 43)

Ayat ini menjadi kaedah umum yang dapat diterapkan dalam segala sisi kehidupan. Bila kita ingin tahu tentang perkara agama marilah kita bertanya kepada ulama. Jika ingin tahu tata cara membuat masakan tertentu bisa ditanyakan kepada orang yang tahu resepnya. Demikian pula, bila ingin mengetahui cara kesembuhan dari penyakit yang diderita, maka silahkan tanyakan kepada ahlinya, yakni dokter.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً أَوْ لَمْ يَخْلُقْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ أَوْ خَلَقَ لَهُ دَوَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ إِلاَّ السَّامَ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ مَا السَّامُ ؟ قَالَ: اَلْمَوْتُ

Sesungguhnya Allah tidak menurunkan atau menciptakan suatu penyakit melainkan Dia pasti menurunkan atau menciptakan obatnya. (Obat itu) diketahui oleh ahlinya dan tidak diketahui oleh yang lain. Kecuali as-Saam (yang tidak ada obatnya). Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu as-Saam?” Kematian, jawab beliau. (ash-Shahihah, no. 1650)

 

Bersambung ketema selanjutnya insyaAllah: Adab Berobat (seri 2)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *